Ujilah, Peganglah yang Baik
Ketahanan Sosial & Arah Pelayanan GPI di Era Disrupsi
Lanskap Disrupsi Digital Indonesia
Ekonomi digital Indonesia bertumbuh pesat, namun menciptakan tantangan dan "kesenjangan ganda" (akses dan kapabilitas) yang perlu diuji dan direspons oleh gereja secara bijaksana.
Proyeksi Ekonomi Digital 2025
Pertumbuhan masif di berbagai sektor menuntut adaptasi dari gereja dan jemaat.
Kesenjangan Infrastruktur
Akses Sinyal Seluler Kuat (2021)
Kesenjangan Finansial
Konsentrasi Pinjaman Daring (2024)
Tantangan Pastoral
8.200+
Entitas pinjaman online ilegal telah diblokir OJK hingga Agustus 2024, menunjukkan besarnya ancaman jerat utang bagi jemaat.
Membangun Ketahanan Sosial Gerejawi
Ketahanan bukanlah sikap bertahan, melainkan kapasitas misioner untuk beradaptasi demi kesaksian dan pelayanan yang lebih berdampak. Ini menuntut pergeseran paradigma dalam diakonia dan pelayanan digital.
Evolusi Pelayanan Diakonia
🤝
Karitatif
Fokus: Memberi bantuan darurat (memberi ikan). Penting untuk krisis, namun berisiko menciptakan ketergantungan.
🎣
Reformatif
Fokus: Membangun kapasitas individu (mengajar memancing). Lebih baik, tapi bisa mengabaikan masalah struktural.
🌊
Transformatif
Fokus: Mengubah sistem yang tidak adil (menjamin akses adil ke kolam). Membutuhkan literasi sistemik dan advokasi.
Kerangka Etis Pelayanan di Ruang Digital
1. Kebenaran & Integritas
Secara aktif melawan hoaks. Menggunakan teknologi seperti AI secara transparan dan bertanggung jawab sebagai alat bantu, bukan pengganti perenungan teologis.
2. Kasih & Martabat Manusia
Melindungi privasi data jemaat. Mencegah *cyberbullying* di platform gereja. Memastikan teknologi digunakan untuk memanusiakan, bukan mengeksploitasi.
3. Keadilan & Inklusivitas
Memastikan adopsi teknologi tidak memperlebar kesenjangan. Menjadikannya alat untuk menjangkau mereka yang terpinggirkan atau memiliki keterbatasan fisik.
4. Tanggung Jawab (Amanah)
Para pemimpin gereja wajib mendidik dan membimbing jemaat tentang cara menggunakan teknologi secara bijak, sehat, dan beretika.
Arah & Kebijakan ke Depan
Rekomendasi Tingkat Sinodal (GPI)
- ● Pendidikan: Kembangkan Kurikulum "Teologi Disrupsi & Etika Digital".
- ● Diakonia: Rumuskan "Peta Jalan Diakonia Transformatif GPI" dengan fokus pada literasi sistemik.
- ● Riset: Inisiasi "Sensus Digital Jemaat GPI" untuk mendapatkan data yang akurat sebagai dasar kebijakan.
- ● Kolaborasi: Buat platform digital untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik antar-GBM.
Panduan untuk Jemaat Lokal (GBM)
- ● Aksi Lokal: Bentuk "Tim Kerja Uji dan Pegang" di setiap jemaat.
- ● Diagnosis: Lakukan diagnosis mandiri untuk memahami dampak disrupsi secara kontekstual.
- ● Inovasi: Rintis program diakonia transformatif skala kecil (misal: lokakarya literasi keuangan).
- ● Pembinaan: Adopsi kerangka etis digital dan mulai kelompok diskusi/kurasi konten (*ministry of conversation*).
Ujilah, Peganglah yang Baik
Ketahanan Sosial & Arah Pelayanan GPI di Era Disrupsi
Lanskap Disrupsi Digital Indonesia
Ekonomi digital Indonesia bertumbuh pesat, namun menciptakan tantangan dan "kesenjangan ganda" (akses dan kapabilitas) yang perlu diuji dan direspons oleh gereja secara bijaksana.
Proyeksi Ekonomi Digital 2025
Pertumbuhan masif di berbagai sektor menuntut adaptasi dari gereja dan jemaat.
Kesenjangan Infrastruktur
Akses Sinyal Seluler Kuat (2021)
Kesenjangan Finansial
Konsentrasi Pinjaman Daring (2024)
Tantangan Pastoral
8.200+
Entitas pinjaman online ilegal telah diblokir OJK hingga Agustus 2024, menunjukkan besarnya ancaman jerat utang bagi jemaat.
Membangun Ketahanan Sosial Gerejawi
Ketahanan bukanlah sikap bertahan, melainkan kapasitas misioner untuk beradaptasi demi kesaksian dan pelayanan yang lebih berdampak. Ini menuntut pergeseran paradigma dalam diakonia dan pelayanan digital.
Evolusi Pelayanan Diakonia
🤝
Karitatif
Fokus: Memberi bantuan darurat (memberi ikan). Penting untuk krisis, namun berisiko menciptakan ketergantungan.
🎣
Reformatif
Fokus: Membangun kapasitas individu (mengajar memancing). Lebih baik, tapi bisa mengabaikan masalah struktural.
🌊
Transformatif
Fokus: Mengubah sistem yang tidak adil (menjamin akses adil ke kolam). Membutuhkan literasi sistemik dan advokasi.
Kerangka Etis Pelayanan di Ruang Digital
1. Kebenaran & Integritas
Secara aktif melawan hoaks. Menggunakan teknologi seperti AI secara transparan dan bertanggung jawab sebagai alat bantu, bukan pengganti perenungan teologis.
2. Kasih & Martabat Manusia
Melindungi privasi data jemaat. Mencegah *cyberbullying* di platform gereja. Memastikan teknologi digunakan untuk memanusiakan, bukan mengeksploitasi.
3. Keadilan & Inklusivitas
Memastikan adopsi teknologi tidak memperlebar kesenjangan. Menjadikannya alat untuk menjangkau mereka yang terpinggirkan atau memiliki keterbatasan fisik.
4. Tanggung Jawab (Amanah)
Para pemimpin gereja wajib mendidik dan membimbing jemaat tentang cara menggunakan teknologi secara bijak, sehat, dan beretika.
Arah & Kebijakan ke Depan
Rekomendasi Tingkat Sinodal (GPI)
- ● Pendidikan: Kembangkan Kurikulum "Teologi Disrupsi & Etika Digital".
- ● Diakonia: Rumuskan "Peta Jalan Diakonia Transformatif GPI" dengan fokus pada literasi sistemik.
- ● Riset: Inisiasi "Sensus Digital Jemaat GPI" untuk mendapatkan data yang akurat sebagai dasar kebijakan.
- ● Kolaborasi: Buat platform digital untuk berbagi pengetahuan dan praktik terbaik antar-GBM.
Panduan untuk Jemaat Lokal (GBM)
- ● Aksi Lokal: Bentuk "Tim Kerja Uji dan Pegang" di setiap jemaat.
- ● Diagnosis: Lakukan diagnosis mandiri untuk memahami dampak disrupsi secara kontekstual.
- ● Inovasi: Rintis program diakonia transformatif skala kecil (misal: lokakarya literasi keuangan).
- ● Pembinaan: Adopsi kerangka etis digital dan mulai kelompok diskusi/kurasi konten (*ministry of conversation*).