Analisis Strategis dan Kerangka Reposisi Gereja Protestan di Indonesia (GPI) di Tengah Lanskap Kekristenan Indonesia Modern
Ringkasan Eksekutif
Permasalahan: Gereja Protestan di Indonesia (GPI), sebagai entitas historis yang melahirkan banyak gereja Protestan besar di Indonesia, kini menghadapi krisis relevansi yang signifikan. Otonomi penuh yang dimiliki oleh 12 Gereja Bagian Mandiri (GBM) serta peran dominan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dalam kancah oikumenis nasional telah mengaburkan fungsi dan tujuan GPI. Tanpa redefinisi yang jelas, Sinode Am GPI berisiko menjadi sekadar lembaga kustodian historis yang tidak lagi memberikan nilai tambah bagi gereja-gereja anggotanya.
Tesis Utama: Kelangsungan dan revitalisasi GPI bergantung pada sebuah pivot strategis—bertransformasi dari entitas yang pasif dan bersifat administratif-historis menjadi sebuah pusat fasilitasi yang dinamis. GPI harus secara proaktif memanfaatkan warisan teologi Reformed-Calvinis dan sejarah bersama yang unik untuk menawarkan proposisi nilai yang berbeda, yang tidak dapat disediakan oleh PGI yang bersifat majemuk.
Rekomendasi Kunci:
- Mendefinisikan Ulang Tujuan (Kerangka Eksistensi): Mengadopsi identitas baru sebagai "Pusat Identitas Reformed dan Inovasi Misioner" yang melayani dan memberdayakan GBM.
- Mengadopsi Kepemimpinan Kolaboratif: Merestrukturisasi Sinode Am untuk berfungsi sebagai "Pusat Fasilitasi" (Facilitative Hub) yang mengoordinasikan, bukan memerintah, GBM.
- Meluncurkan Inisiatif Strategis: Menerapkan tiga inisiatif inti: (a) sebuah "Lembaga Pemikir dan Pelaksana" (Think-and-Do Tank) untuk refleksi teologis kontekstual, (b) "Jaringan Aksi Koinonia-Diakonia" untuk program pelayanan bersama, dan (c) sebuah "Enabler Transformasi Digital" untuk menyediakan sumber daya teknologi bersama.
- Memposisikan Ulang terhadap PGI: Beralih dari persepsi kompetisi menjadi komplementaritas strategis, di mana GPI berfungsi sebagai "kaukus Reformed" yang terpadu di dalam gerakan oikumenis yang lebih luas.
Proyeksi Hasil: GPI yang direvitalisasi akan memberikan nilai nyata bagi GBM-nya, memperkuat identitas dan misi kolektif mereka, serta menyuarakan suara yang unik dan berpengaruh dalam ruang publik Indonesia.
Bagian I: Analisis Situasional dan Eklesiologis: Paradoks Warisan dan Otonomi
1. Warisan dan Paradoks Gereja Protestan di Indonesia (GPI)
1.1. Dari Gereja Negara ke Persekutuan yang Setara: Sebuah Lintasan Sejarah
Gereja Protestan di Indonesia (GPI) memiliki akar sejarah yang dalam, bermula dari de Protestantsche Kerk in Nederlandsch-Indië (dikenal sebagai Indische Kerk) yang ibadah pertamanya tercatat pada 27 Februari 1605 di Ambon.1 Statusnya sebagai gereja Protestan tertua di Asia memberinya legitimasi historis yang tak tertandingi.3 Namun, sejarah ini juga membawa beban. Awalnya sebagai gereja negara di bawah kekuasaan kolonial Belanda, GPI mengalami transformasi fundamental pada abad ke-20.2
Menanggapi gelombang nasionalisme dan kebutuhan akan pelayanan yang lebih kontekstual, pada tahun 1927 muncul gagasan untuk membagi wilayah pelayanan Indische Kerk yang sangat luas.1 Keputusan ini dikukuhkan dalam Rapat Besar tahun 1933, yang memberikan jalan bagi jemaat-jemaat di wilayah tertentu untuk menjadi Gereja Bagian Mandiri (GBM).1 Proses ini melahirkan beberapa sinode terbesar di Indonesia, termasuk Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) pada tahun 1934, Gereja Protestan Maluku (GPM) pada tahun 1935, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) pada tahun 1947, dan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) pada tahun 1948.1
Proses pemandirian ini menciptakan sebuah dilema yang dikenal sebagai "Dilema Gereja Induk". Di satu sisi, GPI adalah sumber dari warisan bersama yang mengikat keduabelas GBM. Di sisi lain, setelah "anak-anaknya" menjadi dewasa dan mandiri, peran GPI sebagai "induk" menjadi ambigu. Peralihan dari struktur gereja negara yang sentralistik menjadi sebuah persekutuan gereja-gereja otonom merupakan langkah dekolonisasi yang esensial, namun proses ini menyisakan Sinode Am GPI dengan peran yang tidak jelas dan wewenang yang terbatas. Tantangan mendasar bagi GPI saat ini adalah mengubah warisan sejarahnya dari sekadar kenangan menjadi sumber kekuatan dan relevansi untuk masa depan.
1.2. Ikatan Presbiterial-Sinodal: Sebuah Model dalam Tekanan
Secara teologis dan organisasional, GPI dan keduabelas GBM-nya menganut sistem pemerintahan presbiterial-sinodal.5 Sistem ini, yang berakar pada eklesiologi Calvinis 9, menekankan kepemimpinan kolektif oleh para penatua (presbiter) di tingkat jemaat lokal dan keterhubungan antar jemaat melalui persidangan yang lebih luas (klasis dan sinode).10
Namun, dalam konteks GPI, model ini menghadirkan sebuah paradoks struktural. Relasi antara GPI dan GBM didefinisikan sebagai "persekutuan penuh" (full communion) di antara "gereja bagian mandiri" (autonomous member churches).5 Dokumen-dokumen dasar dari GBM-GBM besar seperti GMIT dan GPIB secara eksplisit mengakui status mereka sebagai bagian dari GPI.5 Akan tetapi, dalam praktiknya, GBM-GBM ini beroperasi dengan otonomi penuh, mengelola program, keuangan, dan personalia mereka secara independen.13
Kunci untuk memahami dilema ini terletak pada keputusan Sidang Sinode Am tahun 1948, yang mengubah peran GPI dari "struktural" menjadi "fungsional".16 Ini berarti Sinode Am GPI tidak lagi memiliki otoritas hierarkis atas GBM, melainkan ada untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang disepakati bersama. Kegagalan untuk mendefinisikan dan melaksanakan "fungsi" ini secara efektif menjadi akar dari persepsi tentang irelevansi GPI. Relasi GPI dengan GBM-nya lebih menyerupai sebuah "persekutuan konvensional" atau "federasi" gereja-gereja yang berdaulat, bukan sebuah denominasi dengan struktur komando dari atas ke bawah.
1.3. Lanskap Saat Ini: Sebuah Federasi yang Mencari Fungsi
Situasi GPI menjadi semakin kompleks dengan adanya Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Sebagian besar GBM yang berpengaruh, seperti GMIM, GPM, GMIT, dan GPIB, juga merupakan anggota penuh PGI secara langsung.5 Bahkan, GPI sendiri juga terdaftar sebagai anggota PGI.5 Keanggotaan ganda ini secara alami menimbulkan pertanyaan tentang loyalitas, alokasi sumber daya, dan identitas kelembagaan.
Bagi banyak GBM, PGI telah secara efektif mengambil alih peran sebagai wadah oikumenis nasional. PGI menjadi representasi gereja-gereja Protestan di hadapan pemerintah dan masyarakat luas, terlibat dalam dialog antaragama, dan mengkoordinasikan respons terhadap isu-isu sosial nasional.19 Akibatnya, peran Sinode Am GPI seringkali dianggap tumpang-tindih dan tidak lagi esensial.
Kondisi ini mencerminkan krisis identitas yang mendalam. Visi GPI saat ini mencoba merespons tantangan kontemporer seperti "disrupsi digital" 23, namun aktivitasnya yang terlihat publik seringkali terbatas pada sidang-sidang formal 24 dan seruan-seruan moral.25 Terdapat kesenjangan yang nyata antara aspirasi yang dinyatakan dengan realitas operasional yang dirasakan. Pertanyaan pengguna tentang bagaimana GPI dapat menjadi "lebih kompetitif dari PGI" adalah manifestasi langsung dari persepsi tumpang tindih ini dan kurangnya peran yang jelas dan unik bagi GPI.
2. Lingkungan Kompetitif dan Kolaboratif: GPI dan PGI
2.1. Mendefinisikan Arena: Persekutuan (Communion) vs. Perhimpunan (Council)
Untuk merumuskan strategi yang tepat, penting untuk memahami perbedaan fundamental antara GPI dan PGI.
- GPI - Sebuah Persekutuan Berbasis Warisan: GPI adalah sebuah communion (persekutuan penuh) yang lahir dari satu akar sejarah, yaitu Indische Kerk.1 Keesaannya didasarkan pada warisan teologi Reformed-Calvinis dan sistem pemerintahan presbiterial-sinodal yang sama.5 Keanggotaannya terbatas pada 12 GBM yang secara historis terkait.5 Model ini secara konseptual mirip dengan Persekutuan Anglikan, di mana provinsi-provinsi otonom di seluruh dunia disatukan oleh sejarah, teologi, dan hubungan dengan Uskup Agung Canterbury sebagai primus inter pares (yang pertama di antara yang setara).27
- PGI - Sebuah Perhimpunan Berbasis Keberagaman: PGI adalah sebuah fellowship atau council (perhimpunan) yang menaungi lebih dari 104 sinode gereja dari berbagai latar belakang teologis, termasuk Reformed, Lutheran, Metodis, Pentakosta, dan lainnya.17 Tujuannya adalah "Mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia" 19 melalui kerja sama dan kesaksian bersama di tingkat nasional.22 Strukturnya lebih menyerupai Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (WCC), sebuah forum oikumenis yang luas dengan Sidang Raya sebagai badan legislatif tertingginya.31
2.2. Perbandingan Proposisi Nilai
Perbedaan mendasar ini menghasilkan proposisi nilai yang berbeda bagi gereja-gereja anggota.
- Proposisi Nilai PGI:
- Representasi Nasional: Berfungsi sebagai suara kolektif utama Protestanisme Indonesia dalam dialog dengan pemerintah dan masyarakat.21
- Platform Oikumenis Luas: Menyediakan wadah bagi denominasi yang sangat beragam untuk berdialog, belajar satu sama lain, dan menemukan titik temu.34
- Jaringan Aksi Nasional: Mengkoordinasikan sumber daya untuk isu-isu berskala nasional seperti bantuan bencana, advokasi kebijakan, dan pengembangan masyarakat.36
- Proposisi Nilai Potensial GPI:
- Pengakaran Teologis: Dapat menjadi pusat pendalaman identitas teologi Reformed-Calvinis yang khas, sebuah fungsi yang tidak bisa diemban oleh PGI yang majemuk.9
- Mesin Kolaborasi Terfokus: Mampu memfasilitasi proyek bersama yang lebih lincah dan koheren secara teologis (misi, pendidikan, diakonia) di antara GBM yang memiliki kesamaan doktrin dan sejarah.25
- Ikatan "Keluarga": Dapat memelihara dan memperkuat rasa kekeluargaan dan solidaritas yang unik, yang berakar pada sejarah bersama selama lebih dari empat abad.1
2.3. Tabel: Analisis Perbandingan GPI dan PGI
Atribut | Gereja Protestan di Indonesia (GPI) | Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) |
Sifat | Persekutuan Penuh (Communion) | Perhimpunan (Fellowship/Council) |
Asal-usul | Akar sejarah tunggal: Indische Kerk (1605) 1 | Gerakan oikumenis, didirikan pada 1950 19 |
Keanggotaan | 12 Gereja Bagian Mandiri (GBM) 5 | 104+ sinode gereja anggota (per 2024) 20 |
Dasar Teologis | Dominan Reformed/Calvinis 5 | Beragam secara teologis (Reformed, Lutheran, Metodis, dll.) 17 |
Tata Kelola | Presbiterial-Sinodal; Sinode Am bersifat "fungsional", bukan hierarkis 10 | Konsiliar; Sidang Raya adalah badan legislatif tertinggi 31 |
Fokus Utama | Potensial: Identitas bersama, pengembangan teologi, kolaborasi terfokus. Saat ini: Memelihara ikatan historis. | Representasi nasional, keesaan oikumenis, advokasi sosial 21 |
Dokumen Kunci | Tata Gereja masing-masing GBM (mis. 6) | Dokumen Keesaan Gereja (DKG), termasuk PTPB, PBIK, PSMSM 41 |
Analogi Global | Persekutuan Anglikan 27 | Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (WCC) 31 |
Analisis perbandingan ini menunjukkan bahwa GPI dan PGI adalah dua entitas yang berbeda secara fundamental. PGI berfungsi sebagai "parlemen" bagi Protestanisme Indonesia, sementara GPI berpotensi menjadi "rumah keluarga" bagi gereja-gereja berakar Reformed. Upaya untuk membuat GPI "lebih kompetitif" dari PGI adalah sebuah kekeliruan strategis. Sebaliknya, strategi yang tepat adalah menjadikan GPI "lebih distingtif dan bernilai" dalam ceruknya yang unik. Kekuatan GPI terletak pada homogenitas (kesamaan teologi dan sejarah), sementara kekuatan PGI terletak pada heterogenitasnya (representasi yang luas). Oleh karena itu, strategi GPI harus memaksimalkan karakteristik uniknya, bukan meniru PGI.
Bagian II: Kerangka Strategis Baru untuk GPI: Dari Penjaga Warisan menjadi Katalisator Misi
3. Renaisans GPI: Mendefinisikan Ulang Kerangka Eksistensi
3.1. Identitas Baru: Pusat Identitas Reformed dan Inovasi Misioner
Untuk melampaui perannya yang bersifat kustodial-historis, GPI harus mengadopsi identitas yang proaktif dan menciptakan nilai. Sinode Am perlu memposisikan ulang dirinya sebagai pusat sumber daya dan katalisator bagi ke-12 GBM-nya. Identitas baru sebagai "Pusat Identitas Reformed dan Inovasi Misioner" menggabungkan kekuatan historis GPI (teologi Reformed) dengan tujuan yang berorientasi ke masa depan (inovasi misioner). Identitas ini menjawab pertanyaan "mengapa" GPI perlu ada di abad ke-21. Fokusnya bukan pada memerintah, tetapi pada melayani dan memperlengkapi.
3.2. Proposisi Nilai Unik (Unique Value Proposition - UVP) GPI
GPI dapat menawarkan nilai unik kepada GBM-nya melalui tiga pilar strategis:
- Pilar 1: Jangkar Teologis. Banyak GBM, terutama yang lebih kecil, mungkin kekurangan sumber daya untuk melakukan refleksi teologis yang mendalam terhadap isu-isu kontemporer yang kompleks seperti bioetika, budaya digital, dan teologi politik. PGI, karena keberagamannya, hanya dapat memberikan panduan teologis yang bersifat umum. GPI, dengan warisan Calvinisnya yang sama 5, dapat menjadi pusat sumber daya utama untuk mengembangkan dan mengartikulasikan teologi
Reformed-Indonesia yang khas. Ini dapat diwujudkan melalui komisi studi, publikasi, dan fasilitasi diskursus teologis yang relevan bagi GBM.39 - Pilar 2: Mesin Kolaborasi. Meskipun GBM berada dalam "persekutuan penuh," kolaborasi praktis seringkali bersifat insidental. Skala PGI yang besar dapat menghambat kolaborasi yang lincah dan terfokus. GPI dapat berfungsi sebagai platform yang terpercaya dan efisien untuk proyek-proyek bersama di antara "keluarga" gereja. Ini termasuk pengumpulan sumber daya untuk pelayanan diakonia 25, pengembangan kurikulum pendidikan bersama 43, dan peluncuran inisiatif misi bersama. Kesamaan sejarah dan tata kelola 1 seharusnya membuat kolaborasi ini lebih lancar dibandingkan dalam forum yang lebih heterogen.
- Pilar 3: Inkubator Pelayanan Kontekstual. Ide-ide pelayanan yang inovatif seringkali muncul di tingkat lokal dalam satu GBM—misalnya, kekuatan organisasi kategorial di GMIM 13 atau pendekatan GPI Papua terhadap masyarakat adat 47—namun jarang sekali direplikasi di tempat lain. GPI dapat berperan sebagai inkubator yang mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan menyebarluaskan praktik-praktik terbaik ini ke seluruh 12 GBM. GPI dapat memfasilitasi "pertukaran pembelajaran" di mana para pemimpin dari satu GBM berbagi keahlian mereka dengan yang lain, menciptakan ekosistem inovasi yang dinamis di dalam keluarga GPI.49
4. Kerangka Strategis: Model Kepemimpinan Kolaboratif
4.1. Sinode Am sebagai Pusat Fasilitasi: Merangkul Kepemimpinan Kolaboratif
Peran Sinode Am harus bergeser secara fundamental dari model "mengatur" ke model "melayani" dan "memfasilitasi". Kepemimpinan dalam konteks ini bukanlah tentang kontrol, melainkan tentang menciptakan platform agar GBM dapat berhasil bersama.50 Secara struktural, ini berarti Badan Pekerja Harian (BPH) Sinode Am harus menjadi tim yang ramping dan strategis, berfokus pada menghubungkan, menyediakan sumber daya, dan mengoordinasikan, bukan menjadi birokrasi administratif yang berat. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan inisiatif-inisiatif strategis di bawah ini.
4.2. Inisiatif Strategis 1: "Think-and-Do Tank" GPI (Panduan Teologis & Etis)
- Tujuan: Menyediakan panduan yang relevan, tepat waktu, dan berakar pada teologi Reformed untuk isu-isu yang dihadapi gereja dan masyarakat Indonesia.
- Tindakan:
- Membentuk komisi-komisi permanen yang melibatkan perwakilan dari berbagai GBM untuk mengkaji topik-topik kunci:
- Komisi Teologi Digital & Etika: Menanggapi tantangan "disrupsi digital" 23 dan era "pasca-kebenaran" (
post-truth) 25, serta memberikan panduan tentang penggunaan media sosial yang beretika yang kemudian dapat dipublikasikan di Platform REFLEKSI.ONLINE.26 - Komisi Keadilan Ekologis: Merespons panggilan untuk pemulihan dan pelestarian ekosistem 25 dan tantangan spesifik seperti pertambangan di wilayah pelayanan GBM dengan dukungan Platform Digital “ECOJUSTICE.ONLINE.49
- Komisi Teologi Publik & Kebangsaan: Merumuskan perspektif Reformed yang konstruktif mengenai Pancasila, keadilan sosial, dan partisipasi politik yang bermartabat, terutama menjelang tahun-tahun politik.25
- Hasil: Menghasilkan materi studi, surat-surat pastoral, dan suplemen kurikulum yang mudah diakses dan digunakan oleh seluruh GBM. Ini akan memperkuat identitas GPI yang terpadu hingga ke tingkat jemaat.
4.3. Inisiatif Strategis 2: Jaringan Aksi "Koinonia-Diakonia" (Pelayanan Bersama)
- Tujuan: Menerjemahkan konsep "persekutuan penuh" menjadi tindakan kolaboratif yang nyata.
- Tindakan:
- GPI-CARE (Collaborative Action for Relief and Empowerment) dalam Platform BAKUBANTU.ID: Membentuk sebuah unit tanggap bencana dan pengembangan masyarakat yang terpadu. Ketika terjadi bencana seperti gempa Cianjur 26, BAKUBANTU.ID akan mengoordinasikan respons dari ke-12 GBM, memanfaatkan kekuatan unik masing-masing (misalnya, sumber daya finansial GMIM, akses maritim GPM, jaringan profesional perkotaan GPIB).
- Program Pertukaran Pelayan: Membuat program formal bagi pendeta, penatua, dan pemimpin pemuda untuk melayani dalam jangka waktu pendek di GBM lain. Ini akan membangun hubungan personal, berbagi keterampilan, dan membuat "persekutuan" menjadi pengalaman yang hidup.
- Dana Pemberdayaan Ekonomi Bersama: Mendirikan dana keuangan mikro atau wirausaha sosial, yang modal awalnya berasal dari kontribusi GBM yang lebih mapan, untuk mendukung proyek-proyek di wilayah GBM yang secara ekonomi lebih tertinggal.
4.4. Inisiatif Strategis 3: Enabler Transformasi Digital (Layanan Bersama)
- Tujuan: Menyediakan layanan terpusat bernilai tinggi yang menunjukkan relevansi praktis GPI dan memodernisasi seluruh persekutuan.
- Tindakan:
- Mengembangkan platform digital terpadu bernama "GPI-Conect" atau “GEREJA BERSAUDARA” 49, yang menawarkan:
- Sistem Manajemen Gereja (Church Management System - ChMS): Sebuah sistem standar untuk administrasi keanggotaan, keuangan, dan aset, yang akan sangat bermanfaat bagi GBM yang lebih kecil dengan sumber daya TI terbatas.
- Portal E-Learning Kolaboratif: Akses terpusat ke pendidikan teologi, pelatihan kepemimpinan awam, dan materi-materi dari "Think-and-Do Tank".
- Repositori Sumber Daya: Perpustakaan digital berisi liturgi, bahan khotbah, musik gereja, dan praktik-praktik terbaik dari ke-12 GBM.
- Implikasi Strategis: Inisiatif ini sangat krusial. Dengan menyediakan infrastruktur digital yang esensial, Sinode Am GPI beralih dari posisi sebagai badan yang meminta iuran menjadi badan yang menyediakan layanan yang sangat dibutuhkan oleh GBM. Hal ini menciptakan sebuah ketergantungan yang positif dan modern, yang pada akhirnya akan memperkuat ikatan persekutuan. Ini adalah jawaban inovatif atas tantangan "disrupsi digital" yang disorot dalam berbagai dokumen.23
Bagian III: Implementasi dan Posisi untuk Masa Depan
5. Model Keterlibatan Baru dengan Gereja Bagian Mandiri (GBM)
5.1. Dari Kewajiban ke Peluang: Model "Koalisi Peminat"
Untuk menghormati otonomi (kemandirian) setiap GBM 56, Sinode Am GPI sebaiknya tidak memaksakan partisipasi universal dalam setiap program. Sebaliknya, GPI harus memfasilitasi "koalisi peminat" (coalition of the willing). Untuk setiap proyek baru—baik itu program misi, inisiatif keadilan sosial, atau pengembangan teologis—GBM yang tertarik dapat memilih untuk bergabung, membentuk gugus tugas, dan menyatukan sumber daya serta keahlian yang relevan. Model ini mengubah hubungan dari yang bersifat kewajiban dari atas ke bawah menjadi kemitraan sukarela antar-sesama anggota, yang lebih sesuai dengan semangat presbiterial-sinodal.
5.2. Memberdayakan Basis: Oikumenisme dari Bawah
Keesaan sejati tidak dibangun dari atas, tetapi tumbuh dari akar rumput. GPI dapat secara aktif membina jaringan-jaringan pan-GPI untuk kelompok-kelompok spesifik, meniru model struktur kategorial yang sudah terorganisir dengan baik di beberapa GBM seperti GMIM.13
- Sinode Raya Pemuda GPI: Sebuah acara tahunan atau dua tahunan yang mengumpulkan perwakilan pemuda dari ke-12 GBM untuk bersekutu, belajar, dan merancang aksi bersama.
- Konsultasi Perempuan GPI: Forum bagi para pemimpin perempuan untuk berbagi praktik terbaik dan mengembangkan inisiatif bersama yang relevan dengan konteks mereka.
- Jaringan Profesional GPI: Menghubungkan kaum profesional awam (dokter, pengacara, pendidik, pengusaha) di seluruh GBM untuk persekutuan, saling mendukung, dan pelayanan bersama.
Dengan menciptakan koneksi-koneksi lintas-GBM ini, GPI membangun identitas dan tujuan bersama di kalangan jemaat, bukan hanya di antara para pimpinan sinode.
5.3. Mendefinisikan Ulang "Kepemimpinan" dan "Keberhasilan"
Keberhasilan Sinode Am GPI tidak lagi diukur dari besar anggaran atau jumlah peraturan yang dihasilkan. Indikator Kinerja Utama (KPI) yang baru harus diadopsi, seperti:
- Jumlah dan tingkat keberhasilan proyek kolaboratif antar-GBM.
- Tingkat penggunaan dan kepuasan terhadap platform digital "GPI-Connect".
- Jumlah peserta dalam program pertukaran pelayan dan kaum muda.
- Tingkat produksi dan adopsi materi teologis dari "Think-and-Do Tank" oleh jemaat-jemaat lokal.
Peran kepemimpinan Sinode Am, yang saat ini dipegang oleh Pdt. Drs. Rudy Imanuel Ririhena, M.Si. dan Pdt. Fransisca Tuwanakotta, S.Th. 5, akan bergeser dari pengawasan administratif menjadi peran sebagai visioner, perajut jejaring (network-weaver), dan pialang sumber daya (resource-broker).
6. Mencapai Keunggulan "Kompetitif": Sebuah Strategi Keunikan
6.1. Kekuatan Fokus: Ceruk di Atas Skala
Keunggulan GPI bukanlah pada skala, melainkan pada koherensi teologis dan historisnya. GPI tidak boleh mencoba menjadi "PGI versi mini". Keunggulan kompetitifnya terletak pada kemampuannya untuk melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh PGI dengan keanggotaannya yang luas dan beragam: memberikan dukungan yang mendalam, spesifik, dan praktis bagi keluarga gereja-gereja Reformed di Indonesia. PGI adalah universitas negeri yang melayani publik luas; GPI adalah konsorsium perguruan tinggi swasta dengan piagam bersama, yang menawarkan pengalaman yang lebih terfokus dan disesuaikan. Keduanya memiliki peran yang tak tergantikan.
6.2. Dari Suara Terpisah Menjadi Paduan Suara: "Kaukus Reformed" di dalam PGI
GPI harus memposisikan dirinya secara strategis sebagai badan koordinator bagi GBM-GBM anggotanya di dalam PGI. Sebelum Sidang Raya PGI, Sinode Am GPI dapat menyelenggarakan Pra-Sidang Raya khusus untuk ke-12 GBM. Tujuannya adalah untuk membahas agenda, merumuskan posisi bersama berdasarkan perspektif Reformed, dan menyusun strategi untuk memberikan kontribusi yang konstruktif dalam debat oikumenis yang lebih luas.
Langkah ini mengubah GPI dari lapisan yang tampak berlebihan menjadi badan persiapan yang vital dan pemersatu. Suara kolektif dari 12 GBM, yang mewakili sebagian signifikan dari umat Protestan Indonesia 19, akan memiliki bobot yang jauh lebih besar di dalam PGI daripada suara mereka secara individual. Ini memberikan alasan yang konkret dan strategis bagi GBM untuk terus berinvestasi dalam persekutuan GPI.
6.3. Mengkomunikasikan Visi: Sebuah Narasi Baru
- Komunikasi Internal (kepada GBM): Pesan yang harus disampaikan adalah: "PGI adalah mitra esensial kita untuk kesaksian oikumenis yang luas di Indonesia. GPI adalah rumah kita, meja perjamuan keluarga kita, tempat kita mempertajam identitas bersama, memperdalam pemahaman teologis, dan berkolaborasi dalam misi yang mengalir dari warisan kita yang sama. Kita akan lebih kuat bersama di PGI ketika kita terlebih dahulu bersatu di dalam GPI."
- Komunikasi Eksternal (kepada PGI dan lainnya): GPI harus menampilkan diri bukan sebagai pesaing, melainkan sebagai mitra oikumenis yang berkomitmen, yang membawa suara Reformed yang kuat, koheren, dan konstruktif ke dalam percakapan nasional. Ini akan memperkaya, bukan mengurangi, karya PGI.
Kesimpulan: Panggilan untuk Vokasi yang Diperbarui
Gereja Protestan di Indonesia (GPI) berada di persimpangan jalan yang kritis. Ia dapat memilih untuk perlahan-lahan memudar menjadi entitas simbolis dan historis, atau merangkul sebuah vokasi baru yang dinamis sebagai fasilitator kolaborasi misioner. Kerangka strategis yang diusulkan—mendefinisikan kembali tujuan, mengadopsi kepemimpinan kolaboratif, dan meluncurkan inisiatif-inisiatif yang memberikan nilai tambah nyata—menawarkan jalan yang jelas menuju relevansi yang diperbarui.
Masa depan GPI bergantung pada kesediaan Sinode Am dan para pemimpin dari ke-12 Gereja Bagian Mandiri untuk bergerak melampaui struktur masa lalu dan merangkul model "persekutuan penuh" yang baru—sebuah persekutuan yang tidak hanya tertulis dalam dokumen, tetapi dihidupi dalam aksi bersama, dukungan timbal balik, dan kesaksian yang terpadu bagi bangsa Indonesia dan dunia. Ini bukan tentang bersaing dengan PGI, melainkan tentang menggenapi panggilan unik yang telah Tuhan anugerahkan kepada keluarga besar Gereja Protestan di Indonesia.
Daftar Pustaka
- Sejarah - Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://sinodeamgpi.id/sejarah/
- Sejarah Gereja Indonesia "Indi Schekerk" | PDF | Agama & Spiritualitas - Scribd, diakses Juni 23, 2025, https://id.scribd.com/document/602594804/SEJARAH-GEREJA-INDONESIA-INDI-SCHEKERK
- Protestant Church in Indonesia - Wikipedia, diakses Juni 23, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Protestant_Church_in_Indonesia
- MISI KRISTEN DI INDONESIA: KESAKSIAN KRISTEN PROTESTAN - Societas Dei, diakses Juni 23, 2025, https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/download/21/4/11
- Gereja Protestan di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Protestan_di_Indonesia
- Randas 06 Tata Gereja - GPIB Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://gpib.or.id/wp-content/uploads/2019/10/Randas-06-Tata-Gereja.docx
- Tata Gereja 2013 | PDF - Scribd, diakses Juni 23, 2025, https://id.scribd.com/document/580178618/Tata-Gereja-2013
- Presbiterial Sinodal - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Presbiterial_Sinodal
- Penatua GKI dalam tradisi Calvinis, diakses Juni 23, 2025, https://www.gkikotawisata.org/wp-content/uploads/2018/04/images_photo_materipembinaan_Penatua-dalam-Tradisi-Calvin.pdf
- BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biro - repository IAKN Toraja, diakses Juni 23, 2025, http://digilib-iakntoraja.ac.id/69/4/prie_bab_2.pdf
- JURNAL ILMIAH TEOLOGI Sistem Pemerintahan Pastoral Sinodal dan Implikasinya Bagi Gembala GBI, diakses Juni 23, 2025, https://jurnalsttkharisma.ac.id/index.php/Kharis/article/download/113/pdf
- Tata Dasar GMIT - sinode gmit, diakses Juni 23, 2025, https://sinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2019/03/5-Tata-Dasar-GMIT.pdf
- Gereja Masehi Injili di Minahasa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Masehi_Injili_di_Minahasa
- Website GPIB, diakses Juni 23, 2025, https://mygpib.id/
- GPIB Markus Jakarta Selatan: gpibmarkus.org, diakses Juni 23, 2025, https://gpibmarkus.org/
- Untitled - Repository STFT Jakarta, diakses Juni 23, 2025, https://repository.stftjakarta.ac.id/wp-content/uploads/2021/08/Webinar-GPI-23-Juni-2021-Dokumen.pdf
- Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia | S1 | Terakreditasi | Universitas STEKOM Semarang, diakses Juni 23, 2025, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Persekutuan_Gereja-Gereja_di_Indonesia
- Sinode Gereja Anggota PGI, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/sinode-gereja-anggota-pgi/
- Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Persekutuan_Gereja-Gereja_di_Indonesia
- Communion of Churches in Indonesia - Wikipedia, diakses Juni 23, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Communion_of_Churches_in_Indonesia
- PERSEKUTUAN GEREJA.GEREJA DI INDONESIA (PGI) GoMMUNTON OF CHURCHES rN TNDONESTA (CCr) - The Methodist Church, diakses Juni 23, 2025, https://www.methodist.org.uk/documents/10093/pgi-statement-on-ahok-case_vYLIo6I.pdf
- PGI berfungsi memfasilitasi gereja-gereja dalam melakukan Tri Panggilan Gereja, diakses Juni 23, 2025, https://gunungmaskab.go.id/2022/04/04/pgi-berfungsi-memfasilitasi-gereja-gereja-dalam-melakukan-tri-panggilan-gereja/
- Tentang Kami - Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://sinodeamgpi.id/tentang-kami/
- Pesan Sidang Majelis Sinode Am GPI 2022 - PGI, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/pesan-sidang-majelis-sinode-am-gpi-2022/
- Sidang Sinode AM GPI Serukan Pemulihan Ekonomi Dan Penanganan Bencana Cianjur, diakses Juni 23, 2025, https://potretmaluku.id/sidang-sinode-am-gpi-serukan-pemulihan-ekonomi-dan-penanganan-bencana-cianjur/
- Sinode AM GPI serukan pemulihan ekonomi dan resolusi konflik Maluku, diakses Juni 23, 2025, https://ambon.antaranews.com/berita/146097/sinode-am-gpi-serukan-pemulihan-ekonomi-dan-resolusi-konflik-maluku
- en.wikipedia.org, diakses Juni 23, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Anglican_ministry#:~:text=Each%20member%20church%20of%20the,in%20the%20Church%20of%20England.
- Anglican ministry - Wikipedia, diakses Juni 23, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Anglican_ministry
- Anglican Communion - Wikipedia, diakses Juni 23, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Anglican_Communion
- Denominasi Gereja Di Indonesia | PDF - Scribd, diakses Juni 23, 2025, https://id.scribd.com/document/475383276/Denominasi-Gereja-di-Indonesia
- World Council of Churches - Brill Reference Works, diakses Juni 23, 2025, https://referenceworks.brill.com/display/entries/ECO/W.28.xml
- Organizational structure - World Council of Churches, diakses Juni 23, 2025, https://www.oikoumene.org/about-the-wcc/organizational-structure
- Peranan Gereja dalam Mewujudkan Keadilan Sosial - Kementerian Agama RI, diakses Juni 23, 2025, https://kemenag.go.id/kristen/peranan-gereja-dalam-mewujudkan-keadilan-sosial-3f37jd
- Promoting Unity Among Christians of Different Denominations - Moore Liberation Theology, diakses Juni 23, 2025, https://mooreliberationtheology.com/promoting-christians-different-denominations/
- Ekumene-dalam-Aksi.-Jurnal-Penuntun-No-27.pdf - PGI, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/wp-content/uploads/2024/07/Ekumene-dalam-Aksi.-Jurnal-Penuntun-No-27.pdf
- Home – PGI, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/home-1/
- Ketum PGI: Rakernas PGIW 2024, Transformasi Digital dan Tantangan Moral di Era Society 5.0, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/ketum-pgi-rakernas-pgiw-2024-transformasi-digital-dan-tantangan-moral-di-era-society-5-0/
- Gereja di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_di_Indonesia
- Denominasi Kristen | S1 | Terakreditasi | Universitas STEKOM Semarang, diakses Juni 23, 2025, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Denominasi_Kristen
- model rancang bangun teologi gereja charismatik worship service jakarta dalam menghadapi trend isu-isu - moriah, diakses Juni 23, 2025, https://jurnal.moriah.ac.id/index.php/didache/article/download/25/17/116
- Profil Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) - Data Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://dataindonesia.id/profil-organisasi/detail/profil-persekutuan-gereja-indonesia-pgi
- Sejarah Ekumene GMIM Tahun 1934-1980 - Journal Fakultas Teologi Ukit, diakses Juni 23, 2025, https://ejournal.teologi-ukit.ac.id/index.php/titian-emas/article/download/19/15/
- Tata Gereja GMIM 2021 | PDF - Scribd, diakses Juni 23, 2025, https://id.scribd.com/document/652951175/Tata-Gereja-GMIM-2021
- Dokumen Keesaan Gereja-Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia 2019-2024 - PGI, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/wp-content/uploads/2021/03/Dokumen-Keesaan-Gereja-Persekutuan-Gereja-Gereja-di-Indonesia-2019-2024-2.pdf
- Teologi Perjanjian Lama II - STT IKAT Repository, diakses Juni 23, 2025, http://repository.sttikat.ac.id/14/1/Teologi%20Perjanjian%20Lama%20II.pdf
- Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat - Wikipedia, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Protestan_di_Indonesia_bagian_Barat
- Sinode Gereja Protestan Indonesia Di Papua, diakses Juni 23, 2025, http://sinodegpipapua.org/
- Sinode Gereja Protestan Indonesia Di Papua, diakses Juni 23, 2025, http://sinodegpipapua.org/?s=
- Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://sinodeamgpi.id/
- Evaluating Leadership Structures - ChurchPlanting.com, diakses Juni 23, 2025, https://churchplanting.com/evaluating-leadership-structures/
- 3 Ways to Lead More Collaboratively - Lewis Center for Church Leadership, diakses Juni 23, 2025, https://www.churchleadership.com/leading-ideas/3-ways-to-lead-more-collaboratively/
- Rethinking Church Leadership - Faith+Lead, diakses Juni 23, 2025, https://faithlead.org/blog/rethinking-church-leadership/
- TINJAUAN TEOLOGIS: DIGITALISASI DAN TRANSFORMASI SPIRITUALITAS KRISTEN - tentang jurnal, diakses Juni 23, 2025, https://humanisa.my.id/index.php/hms/article/download/287/342
- Digital Ecclesiology: Mengadaptasi Pembinaan Gereja di Dunia Digital, diakses Juni 23, 2025, https://e-journal.sttikat.ac.id/index.php/magnumopus/article/download/257/104
- Analisis Peran Gereja Sebagai Penyelenggara Keadilan Sosial Dalam Konteks Bangsa Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://ulilalbabinstitute.id/index.php/JIM/article/download/27/30
- The Limits of Church Autonomy | Notre Dame Law Review, diakses Juni 23, 2025, https://ndlawreview.org/the-limits-of-church-autonomy/
- Church Governance: Meaning & History | StudySmarter, diakses Juni 23, 2025, https://www.studysmarter.co.uk/explanations/religious-studies/clergy-and-leadership/church-governance/
Ekosistem Kolaborasi Gereja Bersaudara |
Analisis Strategis dan Kerangka Reposisi Gereja Protestan di Indonesia (GPI) di Tengah Lanskap Kekristenan Indonesia Modern
Ringkasan Eksekutif
Permasalahan: Gereja Protestan di Indonesia (GPI), sebagai entitas historis yang melahirkan banyak gereja Protestan besar di Indonesia, kini menghadapi krisis relevansi yang signifikan. Otonomi penuh yang dimiliki oleh 12 Gereja Bagian Mandiri (GBM) serta peran dominan Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) dalam kancah oikumenis nasional telah mengaburkan fungsi dan tujuan GPI. Tanpa redefinisi yang jelas, Sinode Am GPI berisiko menjadi sekadar lembaga kustodian historis yang tidak lagi memberikan nilai tambah bagi gereja-gereja anggotanya.
Tesis Utama: Kelangsungan dan revitalisasi GPI bergantung pada sebuah pivot strategis—bertransformasi dari entitas yang pasif dan bersifat administratif-historis menjadi sebuah pusat fasilitasi yang dinamis. GPI harus secara proaktif memanfaatkan warisan teologi Reformed-Calvinis dan sejarah bersama yang unik untuk menawarkan proposisi nilai yang berbeda, yang tidak dapat disediakan oleh PGI yang bersifat majemuk.
Rekomendasi Kunci:
- Mendefinisikan Ulang Tujuan (Kerangka Eksistensi): Mengadopsi identitas baru sebagai "Pusat Identitas Reformed dan Inovasi Misioner" yang melayani dan memberdayakan GBM.
- Mengadopsi Kepemimpinan Kolaboratif: Merestrukturisasi Sinode Am untuk berfungsi sebagai "Pusat Fasilitasi" (Facilitative Hub) yang mengoordinasikan, bukan memerintah, GBM.
- Meluncurkan Inisiatif Strategis: Menerapkan tiga inisiatif inti: (a) sebuah "Lembaga Pemikir dan Pelaksana" (Think-and-Do Tank) untuk refleksi teologis kontekstual, (b) "Jaringan Aksi Koinonia-Diakonia" untuk program pelayanan bersama, dan (c) sebuah "Enabler Transformasi Digital" untuk menyediakan sumber daya teknologi bersama.
- Memposisikan Ulang terhadap PGI: Beralih dari persepsi kompetisi menjadi komplementaritas strategis, di mana GPI berfungsi sebagai "kaukus Reformed" yang terpadu di dalam gerakan oikumenis yang lebih luas.
Proyeksi Hasil: GPI yang direvitalisasi akan memberikan nilai nyata bagi GBM-nya, memperkuat identitas dan misi kolektif mereka, serta menyuarakan suara yang unik dan berpengaruh dalam ruang publik Indonesia.
Bagian I: Analisis Situasional dan Eklesiologis: Paradoks Warisan dan Otonomi
1. Warisan dan Paradoks Gereja Protestan di Indonesia (GPI)
1.1. Dari Gereja Negara ke Persekutuan yang Setara: Sebuah Lintasan Sejarah
Gereja Protestan di Indonesia (GPI) memiliki akar sejarah yang dalam, bermula dari de Protestantsche Kerk in Nederlandsch-Indië (dikenal sebagai Indische Kerk) yang ibadah pertamanya tercatat pada 27 Februari 1605 di Ambon.1 Statusnya sebagai gereja Protestan tertua di Asia memberinya legitimasi historis yang tak tertandingi.3 Namun, sejarah ini juga membawa beban. Awalnya sebagai gereja negara di bawah kekuasaan kolonial Belanda, GPI mengalami transformasi fundamental pada abad ke-20.2
Menanggapi gelombang nasionalisme dan kebutuhan akan pelayanan yang lebih kontekstual, pada tahun 1927 muncul gagasan untuk membagi wilayah pelayanan Indische Kerk yang sangat luas.1 Keputusan ini dikukuhkan dalam Rapat Besar tahun 1933, yang memberikan jalan bagi jemaat-jemaat di wilayah tertentu untuk menjadi Gereja Bagian Mandiri (GBM).1 Proses ini melahirkan beberapa sinode terbesar di Indonesia, termasuk Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) pada tahun 1934, Gereja Protestan Maluku (GPM) pada tahun 1935, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) pada tahun 1947, dan Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat (GPIB) pada tahun 1948.1
Proses pemandirian ini menciptakan sebuah dilema yang dikenal sebagai "Dilema Gereja Induk". Di satu sisi, GPI adalah sumber dari warisan bersama yang mengikat keduabelas GBM. Di sisi lain, setelah "anak-anaknya" menjadi dewasa dan mandiri, peran GPI sebagai "induk" menjadi ambigu. Peralihan dari struktur gereja negara yang sentralistik menjadi sebuah persekutuan gereja-gereja otonom merupakan langkah dekolonisasi yang esensial, namun proses ini menyisakan Sinode Am GPI dengan peran yang tidak jelas dan wewenang yang terbatas. Tantangan mendasar bagi GPI saat ini adalah mengubah warisan sejarahnya dari sekadar kenangan menjadi sumber kekuatan dan relevansi untuk masa depan.
1.2. Ikatan Presbiterial-Sinodal: Sebuah Model dalam Tekanan
Secara teologis dan organisasional, GPI dan keduabelas GBM-nya menganut sistem pemerintahan presbiterial-sinodal.5 Sistem ini, yang berakar pada eklesiologi Calvinis 9, menekankan kepemimpinan kolektif oleh para penatua (presbiter) di tingkat jemaat lokal dan keterhubungan antar jemaat melalui persidangan yang lebih luas (klasis dan sinode).10
Namun, dalam konteks GPI, model ini menghadirkan sebuah paradoks struktural. Relasi antara GPI dan GBM didefinisikan sebagai "persekutuan penuh" (full communion) di antara "gereja bagian mandiri" (autonomous member churches).5 Dokumen-dokumen dasar dari GBM-GBM besar seperti GMIT dan GPIB secara eksplisit mengakui status mereka sebagai bagian dari GPI.5 Akan tetapi, dalam praktiknya, GBM-GBM ini beroperasi dengan otonomi penuh, mengelola program, keuangan, dan personalia mereka secara independen.13
Kunci untuk memahami dilema ini terletak pada keputusan Sidang Sinode Am tahun 1948, yang mengubah peran GPI dari "struktural" menjadi "fungsional".16 Ini berarti Sinode Am GPI tidak lagi memiliki otoritas hierarkis atas GBM, melainkan ada untuk menjalankan fungsi-fungsi tertentu yang disepakati bersama. Kegagalan untuk mendefinisikan dan melaksanakan "fungsi" ini secara efektif menjadi akar dari persepsi tentang irelevansi GPI. Relasi GPI dengan GBM-nya lebih menyerupai sebuah "persekutuan konvensional" atau "federasi" gereja-gereja yang berdaulat, bukan sebuah denominasi dengan struktur komando dari atas ke bawah.
1.3. Lanskap Saat Ini: Sebuah Federasi yang Mencari Fungsi
Situasi GPI menjadi semakin kompleks dengan adanya Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI). Sebagian besar GBM yang berpengaruh, seperti GMIM, GPM, GMIT, dan GPIB, juga merupakan anggota penuh PGI secara langsung.5 Bahkan, GPI sendiri juga terdaftar sebagai anggota PGI.5 Keanggotaan ganda ini secara alami menimbulkan pertanyaan tentang loyalitas, alokasi sumber daya, dan identitas kelembagaan.
Bagi banyak GBM, PGI telah secara efektif mengambil alih peran sebagai wadah oikumenis nasional. PGI menjadi representasi gereja-gereja Protestan di hadapan pemerintah dan masyarakat luas, terlibat dalam dialog antaragama, dan mengkoordinasikan respons terhadap isu-isu sosial nasional.19 Akibatnya, peran Sinode Am GPI seringkali dianggap tumpang-tindih dan tidak lagi esensial.
Kondisi ini mencerminkan krisis identitas yang mendalam. Visi GPI saat ini mencoba merespons tantangan kontemporer seperti "disrupsi digital" 23, namun aktivitasnya yang terlihat publik seringkali terbatas pada sidang-sidang formal 24 dan seruan-seruan moral.25 Terdapat kesenjangan yang nyata antara aspirasi yang dinyatakan dengan realitas operasional yang dirasakan. Pertanyaan pengguna tentang bagaimana GPI dapat menjadi "lebih kompetitif dari PGI" adalah manifestasi langsung dari persepsi tumpang tindih ini dan kurangnya peran yang jelas dan unik bagi GPI.
2. Lingkungan Kompetitif dan Kolaboratif: GPI dan PGI
2.1. Mendefinisikan Arena: Persekutuan (Communion) vs. Perhimpunan (Council)
Untuk merumuskan strategi yang tepat, penting untuk memahami perbedaan fundamental antara GPI dan PGI.
- GPI - Sebuah Persekutuan Berbasis Warisan: GPI adalah sebuah communion (persekutuan penuh) yang lahir dari satu akar sejarah, yaitu Indische Kerk.1 Keesaannya didasarkan pada warisan teologi Reformed-Calvinis dan sistem pemerintahan presbiterial-sinodal yang sama.5 Keanggotaannya terbatas pada 12 GBM yang secara historis terkait.5 Model ini secara konseptual mirip dengan Persekutuan Anglikan, di mana provinsi-provinsi otonom di seluruh dunia disatukan oleh sejarah, teologi, dan hubungan dengan Uskup Agung Canterbury sebagai primus inter pares (yang pertama di antara yang setara).27
- PGI - Sebuah Perhimpunan Berbasis Keberagaman: PGI adalah sebuah fellowship atau council (perhimpunan) yang menaungi lebih dari 104 sinode gereja dari berbagai latar belakang teologis, termasuk Reformed, Lutheran, Metodis, Pentakosta, dan lainnya.17 Tujuannya adalah "Mewujudkan Gereja Kristen Yang Esa di Indonesia" 19 melalui kerja sama dan kesaksian bersama di tingkat nasional.22 Strukturnya lebih menyerupai Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (WCC), sebuah forum oikumenis yang luas dengan Sidang Raya sebagai badan legislatif tertingginya.31
2.2. Perbandingan Proposisi Nilai
Perbedaan mendasar ini menghasilkan proposisi nilai yang berbeda bagi gereja-gereja anggota.
- Proposisi Nilai PGI:
- Representasi Nasional: Berfungsi sebagai suara kolektif utama Protestanisme Indonesia dalam dialog dengan pemerintah dan masyarakat.21
- Platform Oikumenis Luas: Menyediakan wadah bagi denominasi yang sangat beragam untuk berdialog, belajar satu sama lain, dan menemukan titik temu.34
- Jaringan Aksi Nasional: Mengkoordinasikan sumber daya untuk isu-isu berskala nasional seperti bantuan bencana, advokasi kebijakan, dan pengembangan masyarakat.36
- Proposisi Nilai Potensial GPI:
- Pengakaran Teologis: Dapat menjadi pusat pendalaman identitas teologi Reformed-Calvinis yang khas, sebuah fungsi yang tidak bisa diemban oleh PGI yang majemuk.9
- Mesin Kolaborasi Terfokus: Mampu memfasilitasi proyek bersama yang lebih lincah dan koheren secara teologis (misi, pendidikan, diakonia) di antara GBM yang memiliki kesamaan doktrin dan sejarah.25
- Ikatan "Keluarga": Dapat memelihara dan memperkuat rasa kekeluargaan dan solidaritas yang unik, yang berakar pada sejarah bersama selama lebih dari empat abad.1
2.3. Tabel: Analisis Perbandingan GPI dan PGI
Atribut | Gereja Protestan di Indonesia (GPI) | Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia (PGI) |
Sifat | Persekutuan Penuh (Communion) | Perhimpunan (Fellowship/Council) |
Asal-usul | Akar sejarah tunggal: Indische Kerk (1605) 1 | Gerakan oikumenis, didirikan pada 1950 19 |
Keanggotaan | 12 Gereja Bagian Mandiri (GBM) 5 | 104+ sinode gereja anggota (per 2024) 20 |
Dasar Teologis | Dominan Reformed/Calvinis 5 | Beragam secara teologis (Reformed, Lutheran, Metodis, dll.) 17 |
Tata Kelola | Presbiterial-Sinodal; Sinode Am bersifat "fungsional", bukan hierarkis 10 | Konsiliar; Sidang Raya adalah badan legislatif tertinggi 31 |
Fokus Utama | Potensial: Identitas bersama, pengembangan teologi, kolaborasi terfokus. Saat ini: Memelihara ikatan historis. | Representasi nasional, keesaan oikumenis, advokasi sosial 21 |
Dokumen Kunci | Tata Gereja masing-masing GBM (mis. 6) | Dokumen Keesaan Gereja (DKG), termasuk PTPB, PBIK, PSMSM 41 |
Analogi Global | Persekutuan Anglikan 27 | Dewan Gereja-Gereja se-Dunia (WCC) 31 |
Analisis perbandingan ini menunjukkan bahwa GPI dan PGI adalah dua entitas yang berbeda secara fundamental. PGI berfungsi sebagai "parlemen" bagi Protestanisme Indonesia, sementara GPI berpotensi menjadi "rumah keluarga" bagi gereja-gereja berakar Reformed. Upaya untuk membuat GPI "lebih kompetitif" dari PGI adalah sebuah kekeliruan strategis. Sebaliknya, strategi yang tepat adalah menjadikan GPI "lebih distingtif dan bernilai" dalam ceruknya yang unik. Kekuatan GPI terletak pada homogenitas (kesamaan teologi dan sejarah), sementara kekuatan PGI terletak pada heterogenitasnya (representasi yang luas). Oleh karena itu, strategi GPI harus memaksimalkan karakteristik uniknya, bukan meniru PGI.
Bagian II: Kerangka Strategis Baru untuk GPI: Dari Penjaga Warisan menjadi Katalisator Misi
3. Renaisans GPI: Mendefinisikan Ulang Kerangka Eksistensi
3.1. Identitas Baru: Pusat Identitas Reformed dan Inovasi Misioner
Untuk melampaui perannya yang bersifat kustodial-historis, GPI harus mengadopsi identitas yang proaktif dan menciptakan nilai. Sinode Am perlu memposisikan ulang dirinya sebagai pusat sumber daya dan katalisator bagi ke-12 GBM-nya. Identitas baru sebagai "Pusat Identitas Reformed dan Inovasi Misioner" menggabungkan kekuatan historis GPI (teologi Reformed) dengan tujuan yang berorientasi ke masa depan (inovasi misioner). Identitas ini menjawab pertanyaan "mengapa" GPI perlu ada di abad ke-21. Fokusnya bukan pada memerintah, tetapi pada melayani dan memperlengkapi.
3.2. Proposisi Nilai Unik (Unique Value Proposition - UVP) GPI
GPI dapat menawarkan nilai unik kepada GBM-nya melalui tiga pilar strategis:
- Pilar 1: Jangkar Teologis. Banyak GBM, terutama yang lebih kecil, mungkin kekurangan sumber daya untuk melakukan refleksi teologis yang mendalam terhadap isu-isu kontemporer yang kompleks seperti bioetika, budaya digital, dan teologi politik. PGI, karena keberagamannya, hanya dapat memberikan panduan teologis yang bersifat umum. GPI, dengan warisan Calvinisnya yang sama 5, dapat menjadi pusat sumber daya utama untuk mengembangkan dan mengartikulasikan teologi
Reformed-Indonesia yang khas. Ini dapat diwujudkan melalui komisi studi, publikasi, dan fasilitasi diskursus teologis yang relevan bagi GBM.39 - Pilar 2: Mesin Kolaborasi. Meskipun GBM berada dalam "persekutuan penuh," kolaborasi praktis seringkali bersifat insidental. Skala PGI yang besar dapat menghambat kolaborasi yang lincah dan terfokus. GPI dapat berfungsi sebagai platform yang terpercaya dan efisien untuk proyek-proyek bersama di antara "keluarga" gereja. Ini termasuk pengumpulan sumber daya untuk pelayanan diakonia 25, pengembangan kurikulum pendidikan bersama 43, dan peluncuran inisiatif misi bersama. Kesamaan sejarah dan tata kelola 1 seharusnya membuat kolaborasi ini lebih lancar dibandingkan dalam forum yang lebih heterogen.
- Pilar 3: Inkubator Pelayanan Kontekstual. Ide-ide pelayanan yang inovatif seringkali muncul di tingkat lokal dalam satu GBM—misalnya, kekuatan organisasi kategorial di GMIM 13 atau pendekatan GPI Papua terhadap masyarakat adat 47—namun jarang sekali direplikasi di tempat lain. GPI dapat berperan sebagai inkubator yang mengidentifikasi, mendokumentasikan, dan menyebarluaskan praktik-praktik terbaik ini ke seluruh 12 GBM. GPI dapat memfasilitasi "pertukaran pembelajaran" di mana para pemimpin dari satu GBM berbagi keahlian mereka dengan yang lain, menciptakan ekosistem inovasi yang dinamis di dalam keluarga GPI.49
4. Kerangka Strategis: Model Kepemimpinan Kolaboratif
4.1. Sinode Am sebagai Pusat Fasilitasi: Merangkul Kepemimpinan Kolaboratif
Peran Sinode Am harus bergeser secara fundamental dari model "mengatur" ke model "melayani" dan "memfasilitasi". Kepemimpinan dalam konteks ini bukanlah tentang kontrol, melainkan tentang menciptakan platform agar GBM dapat berhasil bersama.50 Secara struktural, ini berarti Badan Pekerja Harian (BPH) Sinode Am harus menjadi tim yang ramping dan strategis, berfokus pada menghubungkan, menyediakan sumber daya, dan mengoordinasikan, bukan menjadi birokrasi administratif yang berat. Fungsi utamanya adalah untuk memungkinkan inisiatif-inisiatif strategis di bawah ini.
4.2. Inisiatif Strategis 1: "Think-and-Do Tank" GPI (Panduan Teologis & Etis)
- Tujuan: Menyediakan panduan yang relevan, tepat waktu, dan berakar pada teologi Reformed untuk isu-isu yang dihadapi gereja dan masyarakat Indonesia.
- Tindakan:
- Membentuk komisi-komisi permanen yang melibatkan perwakilan dari berbagai GBM untuk mengkaji topik-topik kunci:
- Komisi Teologi Digital & Etika: Menanggapi tantangan "disrupsi digital" 23 dan era "pasca-kebenaran" (
post-truth) 25, serta memberikan panduan tentang penggunaan media sosial yang beretika yang kemudian dapat dipublikasikan di Platform REFLEKSI.ONLINE.26 - Komisi Keadilan Ekologis: Merespons panggilan untuk pemulihan dan pelestarian ekosistem 25 dan tantangan spesifik seperti pertambangan di wilayah pelayanan GBM dengan dukungan Platform Digital “ECOJUSTICE.ONLINE.49
- Komisi Teologi Publik & Kebangsaan: Merumuskan perspektif Reformed yang konstruktif mengenai Pancasila, keadilan sosial, dan partisipasi politik yang bermartabat, terutama menjelang tahun-tahun politik.25
- Hasil: Menghasilkan materi studi, surat-surat pastoral, dan suplemen kurikulum yang mudah diakses dan digunakan oleh seluruh GBM. Ini akan memperkuat identitas GPI yang terpadu hingga ke tingkat jemaat.
4.3. Inisiatif Strategis 2: Jaringan Aksi "Koinonia-Diakonia" (Pelayanan Bersama)
- Tujuan: Menerjemahkan konsep "persekutuan penuh" menjadi tindakan kolaboratif yang nyata.
- Tindakan:
- GPI-CARE (Collaborative Action for Relief and Empowerment) dalam Platform BAKUBANTU.ID: Membentuk sebuah unit tanggap bencana dan pengembangan masyarakat yang terpadu. Ketika terjadi bencana seperti gempa Cianjur 26, BAKUBANTU.ID akan mengoordinasikan respons dari ke-12 GBM, memanfaatkan kekuatan unik masing-masing (misalnya, sumber daya finansial GMIM, akses maritim GPM, jaringan profesional perkotaan GPIB).
- Program Pertukaran Pelayan: Membuat program formal bagi pendeta, penatua, dan pemimpin pemuda untuk melayani dalam jangka waktu pendek di GBM lain. Ini akan membangun hubungan personal, berbagi keterampilan, dan membuat "persekutuan" menjadi pengalaman yang hidup.
- Dana Pemberdayaan Ekonomi Bersama: Mendirikan dana keuangan mikro atau wirausaha sosial, yang modal awalnya berasal dari kontribusi GBM yang lebih mapan, untuk mendukung proyek-proyek di wilayah GBM yang secara ekonomi lebih tertinggal.
4.4. Inisiatif Strategis 3: Enabler Transformasi Digital (Layanan Bersama)
- Tujuan: Menyediakan layanan terpusat bernilai tinggi yang menunjukkan relevansi praktis GPI dan memodernisasi seluruh persekutuan.
- Tindakan:
- Mengembangkan platform digital terpadu bernama "GPI-Conect" atau “GEREJA BERSAUDARA” 49, yang menawarkan:
- Sistem Manajemen Gereja (Church Management System - ChMS): Sebuah sistem standar untuk administrasi keanggotaan, keuangan, dan aset, yang akan sangat bermanfaat bagi GBM yang lebih kecil dengan sumber daya TI terbatas.
- Portal E-Learning Kolaboratif: Akses terpusat ke pendidikan teologi, pelatihan kepemimpinan awam, dan materi-materi dari "Think-and-Do Tank".
- Repositori Sumber Daya: Perpustakaan digital berisi liturgi, bahan khotbah, musik gereja, dan praktik-praktik terbaik dari ke-12 GBM.
- Implikasi Strategis: Inisiatif ini sangat krusial. Dengan menyediakan infrastruktur digital yang esensial, Sinode Am GPI beralih dari posisi sebagai badan yang meminta iuran menjadi badan yang menyediakan layanan yang sangat dibutuhkan oleh GBM. Hal ini menciptakan sebuah ketergantungan yang positif dan modern, yang pada akhirnya akan memperkuat ikatan persekutuan. Ini adalah jawaban inovatif atas tantangan "disrupsi digital" yang disorot dalam berbagai dokumen.23
Bagian III: Implementasi dan Posisi untuk Masa Depan
5. Model Keterlibatan Baru dengan Gereja Bagian Mandiri (GBM)
5.1. Dari Kewajiban ke Peluang: Model "Koalisi Peminat"
Untuk menghormati otonomi (kemandirian) setiap GBM 56, Sinode Am GPI sebaiknya tidak memaksakan partisipasi universal dalam setiap program. Sebaliknya, GPI harus memfasilitasi "koalisi peminat" (coalition of the willing). Untuk setiap proyek baru—baik itu program misi, inisiatif keadilan sosial, atau pengembangan teologis—GBM yang tertarik dapat memilih untuk bergabung, membentuk gugus tugas, dan menyatukan sumber daya serta keahlian yang relevan. Model ini mengubah hubungan dari yang bersifat kewajiban dari atas ke bawah menjadi kemitraan sukarela antar-sesama anggota, yang lebih sesuai dengan semangat presbiterial-sinodal.
5.2. Memberdayakan Basis: Oikumenisme dari Bawah
Keesaan sejati tidak dibangun dari atas, tetapi tumbuh dari akar rumput. GPI dapat secara aktif membina jaringan-jaringan pan-GPI untuk kelompok-kelompok spesifik, meniru model struktur kategorial yang sudah terorganisir dengan baik di beberapa GBM seperti GMIM.13
- Sinode Raya Pemuda GPI: Sebuah acara tahunan atau dua tahunan yang mengumpulkan perwakilan pemuda dari ke-12 GBM untuk bersekutu, belajar, dan merancang aksi bersama.
- Konsultasi Perempuan GPI: Forum bagi para pemimpin perempuan untuk berbagi praktik terbaik dan mengembangkan inisiatif bersama yang relevan dengan konteks mereka.
- Jaringan Profesional GPI: Menghubungkan kaum profesional awam (dokter, pengacara, pendidik, pengusaha) di seluruh GBM untuk persekutuan, saling mendukung, dan pelayanan bersama.
Dengan menciptakan koneksi-koneksi lintas-GBM ini, GPI membangun identitas dan tujuan bersama di kalangan jemaat, bukan hanya di antara para pimpinan sinode.
5.3. Mendefinisikan Ulang "Kepemimpinan" dan "Keberhasilan"
Keberhasilan Sinode Am GPI tidak lagi diukur dari besar anggaran atau jumlah peraturan yang dihasilkan. Indikator Kinerja Utama (KPI) yang baru harus diadopsi, seperti:
- Jumlah dan tingkat keberhasilan proyek kolaboratif antar-GBM.
- Tingkat penggunaan dan kepuasan terhadap platform digital "GPI-Connect".
- Jumlah peserta dalam program pertukaran pelayan dan kaum muda.
- Tingkat produksi dan adopsi materi teologis dari "Think-and-Do Tank" oleh jemaat-jemaat lokal.
Peran kepemimpinan Sinode Am, yang saat ini dipegang oleh Pdt. Drs. Rudy Imanuel Ririhena, M.Si. dan Pdt. Fransisca Tuwanakotta, S.Th. 5, akan bergeser dari pengawasan administratif menjadi peran sebagai visioner, perajut jejaring (network-weaver), dan pialang sumber daya (resource-broker).
6. Mencapai Keunggulan "Kompetitif": Sebuah Strategi Keunikan
6.1. Kekuatan Fokus: Ceruk di Atas Skala
Keunggulan GPI bukanlah pada skala, melainkan pada koherensi teologis dan historisnya. GPI tidak boleh mencoba menjadi "PGI versi mini". Keunggulan kompetitifnya terletak pada kemampuannya untuk melakukan apa yang tidak dapat dilakukan oleh PGI dengan keanggotaannya yang luas dan beragam: memberikan dukungan yang mendalam, spesifik, dan praktis bagi keluarga gereja-gereja Reformed di Indonesia. PGI adalah universitas negeri yang melayani publik luas; GPI adalah konsorsium perguruan tinggi swasta dengan piagam bersama, yang menawarkan pengalaman yang lebih terfokus dan disesuaikan. Keduanya memiliki peran yang tak tergantikan.
6.2. Dari Suara Terpisah Menjadi Paduan Suara: "Kaukus Reformed" di dalam PGI
GPI harus memposisikan dirinya secara strategis sebagai badan koordinator bagi GBM-GBM anggotanya di dalam PGI. Sebelum Sidang Raya PGI, Sinode Am GPI dapat menyelenggarakan Pra-Sidang Raya khusus untuk ke-12 GBM. Tujuannya adalah untuk membahas agenda, merumuskan posisi bersama berdasarkan perspektif Reformed, dan menyusun strategi untuk memberikan kontribusi yang konstruktif dalam debat oikumenis yang lebih luas.
Langkah ini mengubah GPI dari lapisan yang tampak berlebihan menjadi badan persiapan yang vital dan pemersatu. Suara kolektif dari 12 GBM, yang mewakili sebagian signifikan dari umat Protestan Indonesia 19, akan memiliki bobot yang jauh lebih besar di dalam PGI daripada suara mereka secara individual. Ini memberikan alasan yang konkret dan strategis bagi GBM untuk terus berinvestasi dalam persekutuan GPI.
6.3. Mengkomunikasikan Visi: Sebuah Narasi Baru
- Komunikasi Internal (kepada GBM): Pesan yang harus disampaikan adalah: "PGI adalah mitra esensial kita untuk kesaksian oikumenis yang luas di Indonesia. GPI adalah rumah kita, meja perjamuan keluarga kita, tempat kita mempertajam identitas bersama, memperdalam pemahaman teologis, dan berkolaborasi dalam misi yang mengalir dari warisan kita yang sama. Kita akan lebih kuat bersama di PGI ketika kita terlebih dahulu bersatu di dalam GPI."
- Komunikasi Eksternal (kepada PGI dan lainnya): GPI harus menampilkan diri bukan sebagai pesaing, melainkan sebagai mitra oikumenis yang berkomitmen, yang membawa suara Reformed yang kuat, koheren, dan konstruktif ke dalam percakapan nasional. Ini akan memperkaya, bukan mengurangi, karya PGI.
Kesimpulan: Panggilan untuk Vokasi yang Diperbarui
Gereja Protestan di Indonesia (GPI) berada di persimpangan jalan yang kritis. Ia dapat memilih untuk perlahan-lahan memudar menjadi entitas simbolis dan historis, atau merangkul sebuah vokasi baru yang dinamis sebagai fasilitator kolaborasi misioner. Kerangka strategis yang diusulkan—mendefinisikan kembali tujuan, mengadopsi kepemimpinan kolaboratif, dan meluncurkan inisiatif-inisiatif yang memberikan nilai tambah nyata—menawarkan jalan yang jelas menuju relevansi yang diperbarui.
Masa depan GPI bergantung pada kesediaan Sinode Am dan para pemimpin dari ke-12 Gereja Bagian Mandiri untuk bergerak melampaui struktur masa lalu dan merangkul model "persekutuan penuh" yang baru—sebuah persekutuan yang tidak hanya tertulis dalam dokumen, tetapi dihidupi dalam aksi bersama, dukungan timbal balik, dan kesaksian yang terpadu bagi bangsa Indonesia dan dunia. Ini bukan tentang bersaing dengan PGI, melainkan tentang menggenapi panggilan unik yang telah Tuhan anugerahkan kepada keluarga besar Gereja Protestan di Indonesia.
Daftar Pustaka
- Sejarah - Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://sinodeamgpi.id/sejarah/
- Sejarah Gereja Indonesia "Indi Schekerk" | PDF | Agama & Spiritualitas - Scribd, diakses Juni 23, 2025, https://id.scribd.com/document/602594804/SEJARAH-GEREJA-INDONESIA-INDI-SCHEKERK
- Protestant Church in Indonesia - Wikipedia, diakses Juni 23, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Protestant_Church_in_Indonesia
- MISI KRISTEN DI INDONESIA: KESAKSIAN KRISTEN PROTESTAN - Societas Dei, diakses Juni 23, 2025, https://societasdei.rcrs.org/index.php/SD/article/download/21/4/11
- Gereja Protestan di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Protestan_di_Indonesia
- Randas 06 Tata Gereja - GPIB Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://gpib.or.id/wp-content/uploads/2019/10/Randas-06-Tata-Gereja.docx
- Tata Gereja 2013 | PDF - Scribd, diakses Juni 23, 2025, https://id.scribd.com/document/580178618/Tata-Gereja-2013
- Presbiterial Sinodal - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Presbiterial_Sinodal
- Penatua GKI dalam tradisi Calvinis, diakses Juni 23, 2025, https://www.gkikotawisata.org/wp-content/uploads/2018/04/images_photo_materipembinaan_Penatua-dalam-Tradisi-Calvin.pdf
- BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Biro - repository IAKN Toraja, diakses Juni 23, 2025, http://digilib-iakntoraja.ac.id/69/4/prie_bab_2.pdf
- JURNAL ILMIAH TEOLOGI Sistem Pemerintahan Pastoral Sinodal dan Implikasinya Bagi Gembala GBI, diakses Juni 23, 2025, https://jurnalsttkharisma.ac.id/index.php/Kharis/article/download/113/pdf
- Tata Dasar GMIT - sinode gmit, diakses Juni 23, 2025, https://sinodegmit.or.id/wp-content/uploads/2019/03/5-Tata-Dasar-GMIT.pdf
- Gereja Masehi Injili di Minahasa - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Masehi_Injili_di_Minahasa
- Website GPIB, diakses Juni 23, 2025, https://mygpib.id/
- GPIB Markus Jakarta Selatan: gpibmarkus.org, diakses Juni 23, 2025, https://gpibmarkus.org/
- Untitled - Repository STFT Jakarta, diakses Juni 23, 2025, https://repository.stftjakarta.ac.id/wp-content/uploads/2021/08/Webinar-GPI-23-Juni-2021-Dokumen.pdf
- Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia | S1 | Terakreditasi | Universitas STEKOM Semarang, diakses Juni 23, 2025, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Persekutuan_Gereja-Gereja_di_Indonesia
- Sinode Gereja Anggota PGI, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/sinode-gereja-anggota-pgi/
- Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Persekutuan_Gereja-Gereja_di_Indonesia
- Communion of Churches in Indonesia - Wikipedia, diakses Juni 23, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Communion_of_Churches_in_Indonesia
- PERSEKUTUAN GEREJA.GEREJA DI INDONESIA (PGI) GoMMUNTON OF CHURCHES rN TNDONESTA (CCr) - The Methodist Church, diakses Juni 23, 2025, https://www.methodist.org.uk/documents/10093/pgi-statement-on-ahok-case_vYLIo6I.pdf
- PGI berfungsi memfasilitasi gereja-gereja dalam melakukan Tri Panggilan Gereja, diakses Juni 23, 2025, https://gunungmaskab.go.id/2022/04/04/pgi-berfungsi-memfasilitasi-gereja-gereja-dalam-melakukan-tri-panggilan-gereja/
- Tentang Kami - Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://sinodeamgpi.id/tentang-kami/
- Pesan Sidang Majelis Sinode Am GPI 2022 - PGI, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/pesan-sidang-majelis-sinode-am-gpi-2022/
- Sidang Sinode AM GPI Serukan Pemulihan Ekonomi Dan Penanganan Bencana Cianjur, diakses Juni 23, 2025, https://potretmaluku.id/sidang-sinode-am-gpi-serukan-pemulihan-ekonomi-dan-penanganan-bencana-cianjur/
- Sinode AM GPI serukan pemulihan ekonomi dan resolusi konflik Maluku, diakses Juni 23, 2025, https://ambon.antaranews.com/berita/146097/sinode-am-gpi-serukan-pemulihan-ekonomi-dan-resolusi-konflik-maluku
- en.wikipedia.org, diakses Juni 23, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Anglican_ministry#:~:text=Each%20member%20church%20of%20the,in%20the%20Church%20of%20England.
- Anglican ministry - Wikipedia, diakses Juni 23, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Anglican_ministry
- Anglican Communion - Wikipedia, diakses Juni 23, 2025, https://en.wikipedia.org/wiki/Anglican_Communion
- Denominasi Gereja Di Indonesia | PDF - Scribd, diakses Juni 23, 2025, https://id.scribd.com/document/475383276/Denominasi-Gereja-di-Indonesia
- World Council of Churches - Brill Reference Works, diakses Juni 23, 2025, https://referenceworks.brill.com/display/entries/ECO/W.28.xml
- Organizational structure - World Council of Churches, diakses Juni 23, 2025, https://www.oikoumene.org/about-the-wcc/organizational-structure
- Peranan Gereja dalam Mewujudkan Keadilan Sosial - Kementerian Agama RI, diakses Juni 23, 2025, https://kemenag.go.id/kristen/peranan-gereja-dalam-mewujudkan-keadilan-sosial-3f37jd
- Promoting Unity Among Christians of Different Denominations - Moore Liberation Theology, diakses Juni 23, 2025, https://mooreliberationtheology.com/promoting-christians-different-denominations/
- Ekumene-dalam-Aksi.-Jurnal-Penuntun-No-27.pdf - PGI, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/wp-content/uploads/2024/07/Ekumene-dalam-Aksi.-Jurnal-Penuntun-No-27.pdf
- Home – PGI, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/home-1/
- Ketum PGI: Rakernas PGIW 2024, Transformasi Digital dan Tantangan Moral di Era Society 5.0, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/ketum-pgi-rakernas-pgiw-2024-transformasi-digital-dan-tantangan-moral-di-era-society-5-0/
- Gereja di Indonesia - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_di_Indonesia
- Denominasi Kristen | S1 | Terakreditasi | Universitas STEKOM Semarang, diakses Juni 23, 2025, https://p2k.stekom.ac.id/ensiklopedia/Denominasi_Kristen
- model rancang bangun teologi gereja charismatik worship service jakarta dalam menghadapi trend isu-isu - moriah, diakses Juni 23, 2025, https://jurnal.moriah.ac.id/index.php/didache/article/download/25/17/116
- Profil Persekutuan Gereja Indonesia (PGI) - Data Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://dataindonesia.id/profil-organisasi/detail/profil-persekutuan-gereja-indonesia-pgi
- Sejarah Ekumene GMIM Tahun 1934-1980 - Journal Fakultas Teologi Ukit, diakses Juni 23, 2025, https://ejournal.teologi-ukit.ac.id/index.php/titian-emas/article/download/19/15/
- Tata Gereja GMIM 2021 | PDF - Scribd, diakses Juni 23, 2025, https://id.scribd.com/document/652951175/Tata-Gereja-GMIM-2021
- Dokumen Keesaan Gereja-Persekutuan Gereja-Gereja di Indonesia 2019-2024 - PGI, diakses Juni 23, 2025, https://pgi.or.id/wp-content/uploads/2021/03/Dokumen-Keesaan-Gereja-Persekutuan-Gereja-Gereja-di-Indonesia-2019-2024-2.pdf
- Teologi Perjanjian Lama II - STT IKAT Repository, diakses Juni 23, 2025, http://repository.sttikat.ac.id/14/1/Teologi%20Perjanjian%20Lama%20II.pdf
- Gereja Protestan di Indonesia bagian Barat - Wikipedia, diakses Juni 23, 2025, https://id.wikipedia.org/wiki/Gereja_Protestan_di_Indonesia_bagian_Barat
- Sinode Gereja Protestan Indonesia Di Papua, diakses Juni 23, 2025, http://sinodegpipapua.org/
- Sinode Gereja Protestan Indonesia Di Papua, diakses Juni 23, 2025, http://sinodegpipapua.org/?s=
- Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://sinodeamgpi.id/
- Evaluating Leadership Structures - ChurchPlanting.com, diakses Juni 23, 2025, https://churchplanting.com/evaluating-leadership-structures/
- 3 Ways to Lead More Collaboratively - Lewis Center for Church Leadership, diakses Juni 23, 2025, https://www.churchleadership.com/leading-ideas/3-ways-to-lead-more-collaboratively/
- Rethinking Church Leadership - Faith+Lead, diakses Juni 23, 2025, https://faithlead.org/blog/rethinking-church-leadership/
- TINJAUAN TEOLOGIS: DIGITALISASI DAN TRANSFORMASI SPIRITUALITAS KRISTEN - tentang jurnal, diakses Juni 23, 2025, https://humanisa.my.id/index.php/hms/article/download/287/342
- Digital Ecclesiology: Mengadaptasi Pembinaan Gereja di Dunia Digital, diakses Juni 23, 2025, https://e-journal.sttikat.ac.id/index.php/magnumopus/article/download/257/104
- Analisis Peran Gereja Sebagai Penyelenggara Keadilan Sosial Dalam Konteks Bangsa Indonesia, diakses Juni 23, 2025, https://ulilalbabinstitute.id/index.php/JIM/article/download/27/30
- The Limits of Church Autonomy | Notre Dame Law Review, diakses Juni 23, 2025, https://ndlawreview.org/the-limits-of-church-autonomy/
- Church Governance: Meaning & History | StudySmarter, diakses Juni 23, 2025, https://www.studysmarter.co.uk/explanations/religious-studies/clergy-and-leadership/church-governance/
Ekosistem Kolaborasi Gereja Bersaudara |
Revitalisasi Sinode Am Gereja Protestan di Indonesia dan 12 Sinode Gereja Anggotanya