Definisi "PLATFORM" di era ekonomi digital adalah:
Suatu ruang bisnis yang dibangun dengan mengandalkan dinamika interaksi para partisipannya. Melalui interaksi tersebut, masing-masing partisipan dapat membangun nilai bagi usahanya.
Platform menyediakan infrastruktur terbuka dan bersifat partisipatif untuk dapat menghadirkan interaksi antar sisi demand & sisi supply, serta menetapkan ketentuan tata kelola untuk setiap partisipan yang bergabung ke dalamnya.
Kuncinya: Membangun Nilai Melalui Interaksi Kolaboratif.
GEREJA adalah "ruang" yang paling ideal bagi terbangunnya Platform, dengan catatan gereja mampu bertansformasi dari suatu komunitas 'tertutup' dan cenderung 'eksklusif' (berbasis keanggotaan/ kelompok/ sinodal dll), menjadi suatu ruang yang terbuka dan inklusif. Tentunya dengan tetap menerapkan ketentuan tata kelola bagi setiap partisipannya.
OIKOUMENE adalah PLATFORM bagi terbangunnya interaksi kolaboratif antar Tubuh Kristus, dimana masing-masing dapat membangun nilainya.
Tingkat dan konsistensi Frekwensi dan intensitas interaksi juga merupakan faktor penentu utama bagi terbangunnya Platform yang dinamis dan bertumbuh. Oleh karena itu diperlukan berbagai Program atau inisiatif strategis untuk dapat memicu interaksi dan merawat keberlanjutannya.
Satu hal lagi tentang fenomena digital: Disintegrasi yang menghasilkan Kolaborasi.
Artinya, format dan struktur organisasi yang ada hari ini bisa terpecah menjadi beberapa bagian, yang kemudian akan bertemu di PLATFORM, berinteraksi dan kemudian berkolaborasi.
Digitalisasi tidak selalu identik dengan penguatan struktur hirarki. Justru bisa sebaliknya, yaitu Digitalisasi mendorong terbangunnya kemandirian sektoral atau bahkan lokal sehingga koordinasi hirarkis ke atas (level yang lebih tinggi) bisa menjadi faktor penghambat proses di tingkat sektoral/ lokal. Digitalisasi dapat mendorong terbangunnya otonomi sektor/wilayah/ gereja.
Digitalisasi tidak bisa dihindari, karena pada umumnya proses tersebut hadir ketika suatu komunitas/ ekosistem berupaya untuk meningkatkan kinerja ekonominya atau lingkup usaha atau pelayanannya. Apalagi ketika mereka masuk ke dalam ranah Ekonomi Digital.
Bisnis seperti Tokopedia, GoJek dan sejenisnya adalah bentuk PLATFORM yang sederhana. Tantangan terbesar yang mereka hadapi dari hari ke hari adalah LOYALITAS. Mereka selalu mengandalkan berbagai bentuk 'iming-iming' pemasaran untuk memikat pembeli, tapi tidak begitu kuat dalam memikat dan mempertahankan penjualnya. Proses pembangunan loyalitas berbasis transaksi. Tidak ada kekuatan emotional atau spiritual bonding. Berbeda dengan gereja dan lembaga keagamaan lainnya.
Cara kita membangun, menyajikan dan mengkapitalisasi NILAI menentukan proses pembangunan loyalitas. Loyalitas kemudian memperbesar dan memperkuat NILAI.
Untuk lebih lanjut mengilustrasikan Platform dan Dampaknya, saya ambil contoh relasi antara PGI dan PGIW.
Ketika PGIW mampu menciptakan RUANG BARU atau PLATFORM bagi terbangunnya interaksi antar sinode, gereja, jemaat dan komunitas, maka bukan tidak mungkin terbangun kemandirian/ otonomi yang lebih besar dan luas di tingkat PGIW, yang kemudian memungkinkannya 'berpisah' dari PGI untuk kemudian berkolaborasi di ruang interaksi yang berbeda.
PGIW menjadi lebih relevan bagi para 'partisipan' di dalam Platform-nya ketimbang PGI, karena PGIW yang memiliki kewenangan dalam menentukan dan mengatur tata kelola Platform-nya.
Menjadi tetap relevan adalah bagian dari proses pembangunan NILAI.
MENUJU GEREJA/ KOMUNITAS "PLATFORM"